Perjalanan Hati ke Puncak Abadi Para Dewa (#3 * kucumbui matarmaja *)
SPACE IKLAN
- lupa itu
Mas mas mas. . . bener kok, kami
bukannya gak tahu Gunung Semeru dimana, tapi kami memang pengen ke Jakarta,
lebih tepatnya ke Stasiun Pasar Senen. Oh, kirain gak tahu Mas, ok
lanjut pak masinis. Keretapun melaju dengan cepatnya, membelah keramaian
Kota Karawang, menembus padatnya hiruk pikuk Kota Bekasi dan akhirnya
kami sampai juga di Stasiun Pasar Senen. Sesampainya disana kami
disambut oleh senyum cengengesan temanku Sony yang dari jam 08:00
mengantri untuk membeli empat buah tiket untuk kami, tapi sayang hanya 2
tempat duduk yang di dapat. Oh ya kawan, kami berangkat dari Stasiun
Senen karena ada seorang kenalan dari internet yang juga berniat untuk
ikut pendakian ini, namanya Mbak Sari. Baru kenal beberapa hari sebelum
keberangkatan kami ke Semeru. Tapi anehnya wanita itu kok ya mau jalan
bersama kami, padahal kan baru kenal sama kami. Yah, mungkin karena
“impian” kami yang sama, yang dulunya orang jauh sekarang sudah menjelma
menjadi sebuah sayap untuk menerbangkan “impian” kami ke alam bebas.
Mau tidak mau kita harus ikut sayap itu agar kita bisa memeluk impian
kita itu.
Di stasiun Pasar Senen ternyata kami tidak sendirian, kami juga bertemu dengan rombongan lain, yaitu rombongan Bang Djal, Anggi, dan Si Oji, tapi sayangnya gerbong kami terpisah jadi untuk sementara waktu kami belum bisa bercengkerama dengan mereka. Kereta Matarmaja berangkat dari Stasiun Pasar Senen pukul 14:00 dan sampai di Stasiun Malang Kota pukul 08:00 ( jadwal resmi), dengan harga tiket Rp. 51.000,00-, lumayan murah untuk kantong kami. Ok anggota sudah lengkap, saatnya kita cabut, let’s go!!!
- kucumbui matarmaja
Dan ternyata kereta ini padatnya minta ampun. . . . “biasa Mas namanya juga kereta Ekonomi”. Ya, tidak apa-apa pikirku, inilah kesempatan saya untuk bersilaturohmi dengan para masyarakat “ekonomi” , masyarakat dimana saya tumbuh menjadi pribadi yang seperti ini. Dalam kepadatan kereta itu untunglah Mbak Sari masih dapat tempat duduk, sedangkan kami bertiga terpaksa berdiri, karena sesuatu hal . Banyak pelajaran yang kami dapat dari Matarmaja itu, tentang besarnya suatu “tujuan” hidup. Entah tujuan mereka itu apa, tapi melihat perjuangan mereka yang rela berdesak-desakan di dalam kereta yang sangat tidak “manusiawi” ini, saya yakin bahwa mereka punya cinta yang tulus dan begitu besar untuk mewujudkan impian itu. Ada impian untuk bertemu kekasih dan keluarga di kampung halaman, melepas rasa rindu belahan hati mereka. Ada juga para “pengusaha” yang mondar-mondir kesana-kemari untuk menawarkan dagangan mereka, berharap ada sedikit atau banyak rejeki untuk keluarga tercinta di rumah.
Keadaan kereta yang sangat tidak “manusiawi” ini tidak menyurutkan sedikitpun niat mereka, yang mereka pikirkan hanya satu, yaitu “impian” mereka. Pelajaran berharga buat kami yang masih berusia seumur jagung ini. Salam sukses dari kami untuk kalian, para pengusaha sejati, kami percaya pada besarnya impian kalian, seperti kami percaya pada takdir kita.
Bersambung. . .
Tentang sesuatu yang aku anggap benar. . .
Perjalanan Hati ke Puncak Abadi Para Dewa (#3 * lupa itu-kucumbui matarmaja *)
Andriansyah Ashari
SPACE IKLAN
Judul: Perjalanan Hati ke Puncak Abadi Para Dewa (#3 * kucumbui matarmaja *)
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh camie_ayapoe
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh camie_ayapoe